Kayu Raksasa, aku bersama dua anggota Forum Komunitas Hijau berada di dekat
pohon raksasa, yang disebut oleh penduduk Desa Panggung Kecamatan Paringin Selatan sebagai pohon Kusi
,
Sungu, sebuah proses pengobatan tradisional masyarakat Balangan, dengan cara mengeluarkan darah di bagian belakang kepala.
Bapukung, cara warga Balangan meninabobokan anak
Meriam karbit terbuat dari batang enau di kawasan Awayan Kabupaten Balangan dibunyikan saat Ramadhan
Sarang lebah seperti ini banyak bergelantungan di pohon-pohon besar
wilayah Kabupaten Balangan, sehingga wilayah ini termasuk penghasil madu
di Kalsel.
salah satu pohon besar yang hidup berabad-abad di dekat desa Inan Kecamatan Paringin Selatan, Balangan.
Rumah Asap gatah (karet)
Tanggui, alat penutup kepala wanita pekerja Balangan
Bajunjung Jualan
kijing sejenis kerang tapi di sungai, banyak ditemui di Balangan, dan dicari untuk lauk makan menambah gizi keluarga.
Kebiasaan membakar ikan beramai-ramai merupakan hal yang lumrah di
dalam masyarakat Desa Inan, Kabupaten Balangan, terutama saat merayakan
aruhan (selamatan) seperti saat acara perkawinan.
Gumbaan, alat tradisional pemisah padi antara biji padi yang berisi
beras dengan butiran padi yang hampa (kosong), masih banyak dimanfaatkan
warga petani Kabupaten Balangan.
jenis jamur (kulat) aneh di Balangan
MANYUMPIT
Menggunakan senjata sumpit, kadangkala masih terlihat di kalangan
masyarakat Dayak Pitap Pedalaman Pegunungan Meratus, Kabupaten Balangan.Dengan senjata tradisional ini, biasa warga masih bisa memburu dan menangkap kijang, pelanduk (kancil) atau burung, serta binatang lain yang bisa dijadikan makanan keluarga
BAUSUNG
Budaya usung jinggong, salah satu budaya
unik yang tumbuh dan berkembang di desa-desa Kecamatan Paringin,
Kabupaten Balangan, sepasang mempelai sebelum disanding di pelaminan
terlebih dahulu diusung jinggong oleh dua orang penari.
Diiringi gamelan, dua orang penari sambing mengendong kedua mempelai
menari mengikuti irama gamelan ditengah pandangan para undangan yang
menyaksikan acara miritan tersebut.Ondel2 ala Balangan
Menabuh babun atau alat tetabuhan lainnya merupakan salah satu tradisi warga dayak Kabupaten Balangan ketika mengiringi tari-tarian atau yang disebut masyarakat setempat “batandik” dalam upacara aruh ganal, atau kenduri sebagai ucapan terimakasih kepada sang pencipta atas keberhasilan panen padi gunung yang dibudidayakan masyarakat setempat.
LAHUNG
Kalau warga Banjarmasin ibukota Propinsi Kalimantan Selatan mendengar kata “Lahung” adalah identik dengan sebutan perempuan nakal atau perek, atau penjaja seks komersial (PSK), tetapi kalau masyarakat Balangan mendengar sebutan Lahung maka timbul niat untuk menyantapnya karena Lahung adalah jenis buah yang langka. Buah jenis keluarga durian-durianan ini bentuknya bulat, durinya panjang-panjang dan lancip atau tajam serta warna merah kehitaman.
BUAH KHAS KALIMANTAN KIAN LANGKA
Banjarmasin,18/10 (ANTARA)-Buah-buahan khas Kalimantan yang berada di kawasan Kalimantan Selatan kian kian langka setelah pohon buah-bauah tersebut terus ditebang untuk digunakan sebagai bahan baku gergajian.
Demikian keterangan warga di bilangan Kabupaten Balangan, kepada ANTARA saat melakukan mudik lebaran, demikian dilaporkan Kamis.
Berdasarkan keterangan penduduk Desa Panggung, buah khas yang sudah langka seperti jenis maritam (buah sejenis rambutan tapi tidak berbulu), siwau (juga jenis ramburan juga tidak berbulu) asam hurang (mangga kecil rasanya manis).
Buah lain yang pohon kayunya terus ditebang, tandui (sejenis mangga tetapi rasanya sangat kecut, biasanya disenangi hanya dijadikan rujak), lahung (sejenis durian berbulu panjang dan lancip dengan warna kulit merah tua), serta mantaula (sejenis durian berklit tebal berduri besar rasanya khas).
Buah-buahan yang hanya berada di pedalaman Kalimantan khususnya di Pegunungan Meratus tersebut dicari lantaran pohonnya selalu besar, sehingga bila dijadikan kayu gergajian maka kayu gergajian dari pohon itu volumenya banyak.
“Sejak sepuluh tahun terakhir ini, kayu buahan tersebut ditebang diambil kayunya untuk dijual dan untuk bahan bangunan pembangunan rumah penduduk,” kata Rusli penduduk setempat.
Perbuuan kayu buah-buahan tersebut setelah kayu-kayu besar dalam hutan sudah kian langka pula, setelah terjadi penebangan kayu dalam hutan secara besar-besar dalam dekade belakangan ini.
Sementara permintaan kayu untuk dijadikan vener ( bahan untuk kayu lapis) terus meningkat, setelah kayu-kayu ekonomis dalam hutan sudah sulit dicari,
Bukan hanya untuk vener, kayu-kayu dari pohon buah itu dibuat papan untuk dinding rumah penduduk, atau dibuat balokan serta kayu gergajian.
Beberapa warga menyayangkan penebangan kayu buah tersebut, lantaran jenis kayu ini adalah kayu yang berumur tua.
“Kalau sekarang ditanam maka mungkin 50 tahunan bahkan ratusan tahun baru kayu itu besar,” kata warga yang lain.
Sebagai contoh saja, jenis pohon buah lahung yang ditebang adalah pohon yang ratusan tahun usianya, makanya pohon lahung yang banyak ditebang ukuran garis tengahnya minimal satu meter.
Warga mengakui agak sulit melarang penebangan kayu pohon buah tersebut lantaran itu kemauan pemilik lahan dimana pohon itu berada, sebab pohn itu sebelum ditebang dijual dengan harga mahal, sehingga oleh pemilik lahan dianggap menguntungkan.
BUMBUN
Bagi warga pedalaman Kabupaten Balangan, seperti di Desa Panggung Kecamatan Paringin, sudah menjadi kebiasaan menangkap ikan dengan membuat perangkap lebih dulu, yaitu yang disebut bumbun. Bumbun terbuat dari daun pisang kering yang disebut kelaras, ditempatkan di tengah rumpukan sampah di atas air sungai, dengan adanya bumbun maka ikan-ikan dalam air akan berkumpul di bawah perangkap itu, baru kemudian ditangkap nelayan dengan menggunakan tombak kecil yang disebut “turih”
Tapi ada pula pemyda setempat menangkap ikan hanya dengan cara menyelam dalamair, menggunakan kacamata air buatan sendiri mereka bisa melihat ikan di dalam air lalu menyumpitnya dengan alat khusus yang disebut sumpit, seperti terlihat dalamgambar di atas.
Menangkap ikan dengan cara Mehancau
MANTAULA
Ini satu jenis durian yang juga durinya lancip dan panjang-panjang disebut sebagai durian mantaula, rasanya beda dengan jenis durian kebanyakan.
buah gambis atau buah tuu jenis buah dari tanaman rotan di Balangan
BEKANTAN
Salah satu jenis satwa langka disebut Bekantan (Nasalis larvatus) yang menjadi maskot Kalsel juga hidup di hutan pedalaman Kabupaten Balangan.
Dihutan pedalaman Kabupaten Balangan, masih terlihat satwa Bekantan merupakan salah satu jenis satwa liar yang dilindungi Undang-undang. Penyebaran satwa ini sangat terbatas dan untuk kelangsungan hidupnya memerlukan kondisi tertentu. Dibawah ini diuraikan secara singkat mengenai apa dan bagaimana satwa ini, sehingga kita dapat melangkah untuk menjaga kelestariannya.
Nama-Latin : Nasalis larvatus
Nama-Inggris : Proboscis Monkey
Status : Dilindungi berdasarkan Ordonansi Perlindungan Binatang Liar Tahun 1931 No. 134 dan No. 266 jo UU No. 5 Tahun 1990. Berdasarkan Red Data Book termasuk dalam kategori genting, dimana populasi satwa berada di ambang kepunahan.
Di Kalimantan , jenis kera ini dikenal juga dengan nama Kera Belanda, Pika, Bahara Bentangan, Raseng dan Kahau. Satwa ini merupakan Maskot Propinsi Dati I Kalimantan Selatan (SK Gubernur Kalsel No. 29 Tahun 1990 tanggal 16 Januari 1990).
Penyebaran
Bekantan merupakan kera endemik yang hanya hidup di Kalimantan Selatan, terutama di pinggiran hutan dekat sungai, hutan rawa gambut, hutan rawa air tawar, hutan bakau dan kadang-kadang sampai jauh masuk daerah pedalaman.
Ciri khas
Seperti primata lainnya, hampir seluruh bagian tubuhnya ditutupi oleh rambut (bulu), kepala, leher, punggung dan bahunya berwarna coklat kekuning-kuningan sampai coklat kemerah-merahan, kadang-kadang coklat tua. Dada, perut dan ekor berwarna putih abu-abu dan putih kekuning-kuningan.
BAGASING
Bagasing, merupakan salah satu permainan rakyat yang hidup berkembang sejak ratusan tahun silam, permaianan ini menggunakan alat yang disebut gasing terbuat dari kayu yang diolah sedemikian rupa hingga bisa berputar kencang.
Dalam permainan bagasing ini sipemain bisa memutar gasing sekencangnya, atau bisa saja antara gasing dibenturkan satu sama lain, bila si pemain yang gasingnya berhenti duluan maka dianggap kalah
KURUNG-KURUNG
Satu jenis alat kesenian yang terbilang unik di Kabupaten Balangan Kalsel yang disebut alat musik ” kurung-kurung.” Alat musik ini terbuat dari kayu panjang dan dibawahnya terbuat dari bambu dan peralatan lainnya. Musik ini bisa mengeluarkan bunyi setelah dihentak-hentak dulu ke tanah dan setiap alat musik mengeluarkan bunyi berbeda satu sama lain, sehingga bila pemainnya ingin menciptakan irama, maka caranya menghentakan alat itu secara bergantian sesuai irama yang dikehendaki.
Musik ini biasanya dimainkan saat upacara adat, atau acara perkawinan dan kenduri, dan belakangan digunakan untuk menyambut tamu seperti para pejabat daerah yang datang ke desa.
KUDA GEPANG
Kesenian Kuda Gepang merupakan kesenian yang hidup dan berkembang di Masyarakat Balangan
BALAI
Inilah saah satu jenis rumah Suku Dayak Pegunungan Meratus Balangan yang juga berfungsi sebagai balai adat dan bisa digunakan untuk upacara ritual.
BAAYUN ANAK
Baayun anak yang baru lahir, merupakan kebudayaan yang bisa menjadi kepercayaan warga di Kabupaten Balangan, agar anak nanti menjadi anak yang pintar, berbakti kepada orang tua dan patuh pada ajaran agama.
Caranya dibayi diayun ditenga acara selamatan dan ditimbang dengan berbandingan seberat segumpal ketan yang sudah dimasak. Segumpal ketan itu diberi kue-kue atau telur serta peralatan lainnya yang nantinya ketan itu dibagikan kepada para undangan yang hadir untuk dimakan.
Budaya Batamat Al Qur’an masih terus dilaksanakan di kalangan warga Balangan, khususnya remaja putri yang baru menghabiskan pelajaran Al Qur’an
Salah satu lokasi dalam gua yang ada di Pegunungan Meratus
Kerbau atau sapi kadangkala digunakan tenaganya sebagai alat angkut terutama angkutan kayu tebangan di hutan
Titian, salah satu sarana transportasi menyeberangi sungai di Kabupaten Balangan
nanak nasi dalam kawah (kuali besar) masih terlihat di dalam masyarakat Balangan
Apul Madayah,pemudaBalangan sepesialis tukang usung penganten
DI PEDALAMAN KALSEL DITEMUKAN SEJENIS MADU BUKAN DARI LEBAH
proses pencarian madu kelulut sarang kelulut di pohon
Banjarmasin,10/6 (ANTARA)- Masyarakat yang tinggal di pedalaman Propinsi Kalimantan Selatan persisnya di lereng Pegunungan Meratus Kabupaten Balangan menemukan sejenis madu yang bukan dari hasil pembuatan lebah.
Binatang yang mengolah madu tersebut bentuk kecil lebih kecil dari lalat disebut masyarakat setempat sebagai binatang kalulut, sehingga madu yang dihasilkannya itu disebut madu kelulut, demikian keterangan dari warga di Kecamatan Paringin, Kabupaten Balangan,Kalsel, Minggu.
Madu kalulut kini mulai digandrungi masyarakat bukan sekedar untuk kesehatan tubuh sebagaimana madu lebah, juga sebagai teman makan kue, atau makanan pisang rebus dan ubi rebus.
Menurut, Aliansyah yang dikenal sebagai pencari madu kalulut di Desa Inan, Kecamatan Paringin, madu tersebut dianggap lebih berkhasiat dibandingkan madu lebah.
Masalahnya binatang kelulut lebih kecil dibandingkan lebah sehingga binatang ini pasti lebih teliti dalam mengekstrak madu untuk makanan anak-anaknya.
Hanya saja, bagi sebagian orang di wilayah ini kurang suka terhadap jenis madu ini, lantaran rasanya sedikit asam dibandingkan madu lebah, tetapi bentuk warna atau kekentalan sama saja dibandingkan madu lebah.
Untuk mencari madu kalulut ini memang relatif lebih sulit dibandingkan madu lebah, karena setiap satu sarang kalulut hanya sedikit sekali menghasilkan madu.
“Makanya untuk mendapatkan satu liter madu kalulut, itu harus mampu mengambil madu untuk beberapa sarang kalulut, sementara kalau mengambil madu lebah hanya satu sarang bisa mencapai puluhan liter” kata Aliansyah.
Apalagi sarang kalulut itu bukan berada bergelantungan di dahan pohon seperti layaknya sarang lebah, tetapi sarang kalulut itu berada dalam rongga batang pohon besar.
Biasanya sarang kalulut itu berada dalam rongga batang pohon besar, Untuk mengenali batang pohon itu ada atau tidak sarang kalulut, ditandai dengan sekelompok binatang kalulut yang beterbangan di sekitar itu.
Untuk mendapatkan madu kalulut tersebut pencari madu ini harus menebang dulu pohon itu, kemudian baru membelahnya pakai kampak, setelah itu baru kelihatannya sarang kalulut lengkap dengan wadah-wadah madunya.
Wadah madu ini persis seperti balon-balon kecil menggelembong, balon itu terbuat dari bahan yang diproduksi binatang ini menyerupai lilin hitam. Bila gelembong itu pecah sedikit saja maka madu akan ngocor dari gelembong tersebut.
Makanya cara mengambil madu tersebut terlebih dahulu mengumpulkan balon-balon kecil itu ke dalam wadah, setelah terkumpul baru balon itu dipecah atau diperas hingga madunya terkumpul.
Enaknya mengambil madu itu karena gigitan binatang ini tidak sakit dibandingkan gigitan lebah, paling banter sakitnya seperti gigitan nyamuk, tetapi kalau binatang ini marah biasanya secara berkelompok menyerang bagian rambut orang hingga seringakali binatang ini banyak nyangkut dirambut orang.
Binatang ini selain banyak bersarang di dalam pohon besar, juga ada yang bersarang dalam gondokan tanah merah semacam gunung kecil atau yang disebut penduduk setempat tanah balambika.
Bila madu kalulut yang bersarang dalam tanah merah ini diambil maka warna madu kalulut agak merah keputih-putihan, sedangkan madu dalam pohon agak merah ke hitam-hitaman.
Lantaran sulit diperoleh maka kalau ada yang menjual madu inipun harganya lebih mahal ketimbang harga madu lebah, bila harga madu lebah asli rp50 ribu per liter di pedalaman Kalsel, maka harga madu lebah ini bisa Rp60 ribu per liter.
Konon agar madu ini lebih berkhasiat kalau didiamkan lebih lama dulu, sehingga dikenal ada madu kalulut usianya tahunan di tangan masyarakat.
Konon pula madu banyak sekali khasiatnya, selain bisa untuk kejantanan laki-laki atau awet muda, atau untuk obat demam, atau obat luka. crew televisi swasta mengadakan liputan khusus mengenai madu dan sarang kelulut.
ANANALAN SEBUAH ATRAKSI BUDAYA PEDALAMAN BALANGAN
Sebuah atraksi budaya yang kini masih hidup di wilayah pedalaman Kabupaten Balangan, Provinsi Kalimantan Selatan (Kalsel) disebut ananalan atau bapapantulan.
Atraksi budaya yang juga bernilai seni ini sering digelar masyarakat di wilayah Balangan, saat menyambut pesta panen, acara kenduri, atau saat-saat acara pengantenan (kawinan).
Tidak ada yang tahu persis kapan seni ini muncul di tengah masyarakat kawasan tersebut, tetapi menurut mereka sudah sangat lama sekali, bahkan diduga sejak zamana penjajahan dulu.
Senin ananalan biasanya berbarengan dengan penampilan seni-seni lainnya pada acara keramaian pengantenan di wilayah ini, seperti pegelaran kuda gepang, pegelaran bambarungan, pegelaran bausung jinggung dan seni-seni tradisi lainnya.
Seni ananalan seperti kesenian topeng yang ada di Pulau Jawa, yang berarti pemainnya harus menggunakan topeng saat pertunjukan, hanya saja pakaian ananalan tidak beraturan, bisa pakaian wanita berupa daster, bisa pakaian laki-laki, sesuai wajag topeng yang dikenakan, bila wajah wanita maka pakaiannya harus pakaian wanita, bila wajah peria maka pakaian juga harus pakaian peria. Tetapi pakaian yang dikenakan harus lusuh agar yang menyaksikan tidak mengenal (kada pinandu) siapa pemaian ananalan itu.
Karena biasanya bila pemain ananalan yang mudah dikenali akan mudah diledek (digayai) atau di olok-olok ( dihuhulut) pengunjung, sehingga bisa jadi pemain malu (supan) lalu berhenti menjadi pemaian ananalan.
Biasanya pemain ananalan berkelompok antara lima hingga 10 orang, mereka melakukan pergantian pakaian biasanya di belakang rumah, atau di dapur rumah penduduk, yang penting jauh dari lokasi pertunjukan.
Pada pertunjukan seperti saat menghibur acara kawinan, mereka datang ke lokasi kosentrasi pengunjung pada pagi hari sekali, tengah hari, dan tampil sekali lagi disaat dua mempelai sedang bertanding di balijawa (panggung).
Dari sekian topeng yang dikenakan pemain ananalan tak sedikit yang berwajah seram, bahkan ada yang menyerupai topeng drakula, topeng hantu, atau topeng lainnya yang seram, biasanya kalau pemain dengan topeng seram ini datang ke acara pengantenan tak sedikit anak-anak yang berlarian ketakutan diiringi dengan jerit tangis para anak-anak tersebut.
Tetapi bila yang datang pemain ananalan dengan topeng yang lucu, atau tpeng wanita maka anak-anak tidak takut, bahkan pemain ananalan ini menjadi objek krumunan anak-anak dan tak sedikit dari pengunjung anak-anak yang memegang pemain ananalan ini bahkan anak digendong oleh ananalan ini sekalipun tidak takut.
Celakanya, para pemain ananalan ini biasanya meminta-minta apa saja yang dijual pedagang di sekitar keramaian pengantenan itu, umapamanya bisa ada penjual kacang mereka minta kacang, penjual jaring minta jaring, bahkan meminta es krim dan meminta rokok.
Memang ada hukum tak tertulis, bagi pemain ananalan meminta dagangan harus iklas diberikan oleh pedagang asal mereka tidak meminta dengan jumlah banyak, bahkan ada pedagang yang menganggap memberi pemain ananalan nantinya bisa membawa berkah karena nantinya dagangan akan laku.
Para pemain ananalan ini biasanya berjoget ria sesuka hati mereka di tengah keramaian pengunjung, meiringi irama orkes dangdut atau irama apasaja saat hiburan pengantenan itu, sehingga suasana menjadi lucu dan sering jogetan para pemain ananalan ini melahirkan senyuman dan tertawaan bagi siapa yang menyaksikannya.
Puncak dari penampilan ananalan yaitu acara naik lumung (semacam naik pinang) hanya saja biasanya lumung terbuat dari bambu batung (bambu tebal) yang dibuat licin sedemikian rupa lalu ditancapkan (ditajak) ke tanah.
Kemudian di atas lumung bergelantungan hadiah sebagaimana layaknya naik pinang, sehingga para pemain ananalan harus menaiki bambu ini agar memperoleh berbagai hadiah diatasnya.
Biasanya bambu besar yang dipanjat pemain ananalan diberi pelumas, bahkan diberi air gulai (gangan waluh) sehingga licin hingga mereka sulit memanjat untuk menjangkau berbagai hadiah,
Tetapi biasanya dengan akal pemain ananalan yang bertopeng ini memanfaatkan tali haduk untuk memudahkan mereka naik hingga kepuncak pohon bambu untuk memperoleh hadiah di atasnya. Akhirnya hadiah satu per satu dijatuhkan kemudian hasilnya harus dibagi rata antar pemain tersebut.
MADU LEBAH KIAN SULIT DIPEROLEH DI PEDALAMAN KALSEL
Balangan, Kalsel,17/10 (ANTARA)- Serang lebah yang bergelantungan d pohon-pohon besar kawasan hutan Pegunungan Meratus, Pedalaman kalimantan Selatan (Kalsel) kini tak banyak kagi terlihat.
Akibat berkurangnya jumlah sarang lebah di hutan-hutan pedalaman Kalsel itu gilirannya madu lebah yang dihasilkan dari sarang lebah itupun sulit diperoleh dikawasan-kawasan tersebut, demikian dilaporkan, Rabu.
Wartawan ANTARA yang melakukan mudik lebaran memperoleh penjelasan masyarakat, kian berkurangnya sarang lebah di pohon besar akibat terjadi penebangan pohon kayu besar yang menjadi habitat lebah madu.
“Sepuluh tahun lalu, masih banyak sarang lebah bergelantungan di dahan-dahan kayu, tetapi kini setelah pohon kayu besar banyak ditebang untuk kebutuhan kayu gergajian, maka sulit dilihat lagi sarang lebah bergelantungan itu,” kata Nurdin penduduk Desa Panggung, Kabupaten Balangan.
Jenis kayu besar yang selama ini menjadi habitat lebah adalah kayu kusi (sejenis kayu besi), kayu kupang (kidaung), kayu surian, kayu lahung (pohon kayu sejenis keluarga durian-durianan)dan beberapa jenis pohon kayu besar lagi.
Tetapi kayu-kayu itu banyak diburu warga untuk ditebang, kemudian melalui peralatan mesin gergaji kayu-kayu itu dibelah-belah menjadi papan, kayu gergajian, karena kayu besar maka jumlah kayu gergajian dari pohon itu menjadi banyak jumlahnya, akhirnya kayu-kayu itupun di buru.
Akibat hilangnya kayu-kayu besar akhirnya lebah madu sulit bersarang lagi, binatang kecil itupun kini lari ke dalam hutan lagi yang jauh dari jangkauan manusia.
Dampak yang dirasakan sekarang adalah sulitnya memperoleh madu lebah dari sarang lebah di pohon-pohon besar, padahal madu merupakan kebutuhan masyarakat sejak dulu, baik untuk kondusmi mapun untuk kebutuhan kesehatan.
“Kalau dulu setiap warga pasti menyimpan madu lebah untuk campuran makanan, seperti untuk teman makan ubi kayu rebus, pisang rebus, campuran makanan roti atau sebagai minuman kesehatan, tetapi sekarang kebiasaan itu sudah sulit dipenuhi lagi,” kata warga lain.
Dengan sulitnya mencari madu lebah itu, maka harga madu lebah juga kini kian mahal antara Rp40 ribu hingga Rp50 ribu per botol, padahal dulu paling banter hanya sekitar p5 ribu hingga Rp10 ribu per botol.
Madu lebah yang banyak dijual sekarangpun bukan dari lebah yang bersarang dipohon besar, tetapi lebah yang bersarang di pohon kecil dengan bentuk tubuh lebah yang lebih kecil yang disebut masyarakat sebagai lebah iruan, padahal lebah yang bersarang dipohon besar disebut lebah wanyi.
Untuk kesehatan tubuh madu yang dihasilkan lebah iruan dianggap kurang khasiatnya, tetapi lebah yang dianggap berkualitas adalah madu dari hasil ekstrak lebah wanyi.
Lebah iruan hanya mencari makan di hutan disekitar sarangnya saja sementara lebah wanyi yang dikenal terbang berkelompok besar kema-mana mampu mencari makan ke hutan-hutan yang luas, dan kembali pada malam hari ke sarangnya
alat-alat untuk aktivitas warga
———————————–
pahat menyadap karet,Tajak untuk merincah (menyiapkan lahan sawah)
Saringan air, air keruh jadi bersih pakai alat ini
sumber:
http://hasanzainuddin.wordpress.com/yang-unik-dari-balangan/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar